Alasan saya merokok
13 Oktober 2018, seenggaknya itu yang terulis di rincian foto ini. Hari itu jadi kali pertama saya ngerokok, hari dimana engga lama sejak kita lulus dari SMA.
Rokok atau merokok pasti punya tempat dan arti tersendiri di hati setiap orang. Sebenernya di rumah sendiri pun rokok bukan jadi barang yang asing. Malah sejak kita kecil sesekali bapa bilang : “sok aja kalau mau ngerokok mah, ini rokok sama koreknya” penawaran itu disampein pake nada yang santai tapi ga biasa, kaya menggoda seolah-olah memperbolehkan, yang belakang kita tau bahwa orang tua ga ngelarang bukan berarti mereka memperbolehkan kita merokok bahkan jadi perokok, tapi merek gamau nimbulin merokok itu jadi sesuatu yang ‘semakin dilarang semakin penasaran’. Karena kita ga dilarang, kita jadi ga punya hasrat berlebihan buat nyoba, beda sama yang di rumahnya dilarang sama orang tuanya.
Sejujurnya kali pertama ditawari merokok itu kayanya pas kelas 4 atau kelas 5 deh, waktu itu kita selesai main bola di lapangan cibinuang. Kita berjalan kaki sepanjang perjalanan pulang, sambil cerita-cerita ada ngeluarin rokok dari dalam tasnya. Di sana, dia meyakinkan bahwa kalau merokok ditempat yang dingin itu enak dan gapapa. Sambil melanjutkan ceritanya, beberapa orang mulai mencoba merokok, setelahnya mereka batuk-batuk terus ketawa satu sama lain. Di tengah perjalanan yang lain pada berenti, di situasi itu cuma saya yang belom coba. Tengok kanan-kiri liat tatapan mata yang lain seolah-olah mengintimidasi, dibantu dengan senyuman yang terbuka lebar menyiratkan perasaaan antusias. Akhirnya saya ambil rokok yang menyala itu, sebelum sampe mulut “engga ah, ga mau”, tapi yang lain tetep semangat “ayo coba aja, gapapa”, beberapa kali nolak, akhirnya ada yang punya ide “ rokoknya dimatiin nih, sok coba aja”. Setelah menimbang-nimbang akhirnya dengan kondisi bara yang mati, akhirnya mengemutlah busa manis itu. Meskipun kondisi rokonya mati, tapi semua keliatan girang, soalnya seenggaknya saya yang pendiem ini mau ikut coba-coba sama mereka.
Setelah semua itu, semua tawaran merokok saya tolak,karena sama sekali saya ga merasa ada unsur kebutuhan dari merokok itu. Anehnya, suatu hari pas kelas 9 saya ditanya sama guru, “Raihan kamu ngerokok ya?”, saya jawab “engga bu, sama sekali engga”, gurunya bilang lagi “udah ga usah bohong, itu bibir kamu item”, di dalem hati “why?” kenapa gitu, ko bisa nyimpulin gitu. Di luar apa maksudnya, entah serius atau bercanda tetep bikin heran hehe.
Pokoknya di masa sekolah sama sekali belom pernah merokok. Alasan utamanya karena mengukur sejauh mana untung ruginya berdasarkan sumber daya yang ada. Selain itu, alasan lainnya adalah karena mamah tuh Guru BK di sekolah hehe.
Beberapa waktu setelah lulus dari SMA ada semacam perpisahan kelas, waktu itu kebetulan ramadan jadi acaranya dikemas acara buka puasa bersama gitu. Sore itu lumayan yang hadir, kebetulan wali kelas juga hadir meskipun mesti dijemput dulu. Acara berlangsung seperti bukber pada umumnya. Di akhir biasalah wali kelas pulang kita ngobrol-ngobrol. Di tengah obrolan yang cowo-cowo mulai bakar tuh rokok masing. Salah satunya ada yang becanda nawarin “han, ngerokok atuh hehe”, mikir bentar, langsung coba ngerokok untuk pertam kalinya tuh, sambil ketawa-ketawa minta yang lain buat fotoin. Kenapa berani? Karena ga punya alesan yang macem-macem, sekedar pamer aja biar lucu, dan alasan utamanya ya udah bukan siswa lagi, jadi, ga jadi polemik buat mamah sebagai Guru BK hahaha.
Jadi kalau sekarang kadang berkhayal ya kan, meskipun gua nih bukan perokok, tapi kalau tawaran maen film, dan perlu maen peran sebagai perokok hayu boleh juga hahaha.